Selamat Datang di Perjamuan Metaekstase

Monday, November 27, 2006

Pedoman Meditasi Zen

YAKIN PADA PIKIRAN
Jalan sejati itu tidaklah sulit sekiranya anda tidak memungut dan memilih. Tak pula mencintai atau membenci, dan anda akan mengerti dengan jelas. Menyimpang serambut saja, dan anda terpisah jauh darinya bagai langit dan bumi.
Jika anda ingin jalan itu tampak, janganlah menyokong maupun menentang. Menyokong dan menentang saling bertolak belakang. Inilah penyakit pikiran. Tanpa mengenali prinsip misterius ini sia-sialah berlatih keheningan.
Jalan itu sempurna bagaikan angkasa raya, tanpa kekurangan, tanpa kelebihan. Karena menggenggam dan menolak, anda tak dapat mencapainya.
Jangan mengejar eksistensi berkondisi; jangan tinggal dalam menerima kekosongan, dalam kesatuan dan kesamaan, kekacauaan lenyap dengan sendirinya.
Menghentikan aktifitas dan kembali ke keheningan, dan keheningan itu malah akan semakin aktif. Cuma mandek dalam dualitas, Bagaimana anda bisa mengenali keesaan ? jika anda gagal menembus keesaan, kedua tempat kehilangan fungsinya.
Buang eksistensi dan engkau justru jatuh kedalam eksistensi; ikuti kekosongan dan engkau justru memunggunginya.
Bicara dan berpikir berlebihan membelokkan anda dari keselarasan dengan jalan itu.
Pangkas bicara dan berpikir, dan dimanapun juga tiada yang tak dapat anda tembus.

Sunday, November 12, 2006

Kalimat Pembabtisan Rumi

Dengar lagu seruling bambu menyampaikan kisah pilu perpisahan.
Tuturnya, “Sejak aku berpisah dengan asal usulku, pokok bambu yang rimbun, ratapku membuat lelaki dan wanita mengaduh.”
Kuingin sebuah dada koyak sebab terpisah jauh dari orang yang dicintai. Dengan demikian, dapat kupaparkan kepiluan berahi cinta.
Setiap orang yang hidup jauh dari kampung halamannya akan merindukan saat-saat tatkala dia masih berkumpul dengan sanak keluarganya.
Nada-nada senduku senantiasa kunyanyikan dalam setiap majelis pertemuan, aku duduk bersama mereka yang riang dan sedih.
Rahasia laguku tidak jauh dari asal usul ratapku. Namun apakah ada telinga yang mendengar dan mata yang melihat ?
Tubuh tak terdinding dari roh, pun roh tak terdinding dari tubuh. Namun, tak seorangpun diperbolehkan melihat roh.
Bunyi seruling yang riuh ialah kobaran api, bukan desir angina yang berembus : mereka yang mempunyai api akan sia-sia hidupnya.
Inilah api cinta yang tersembunyi dalam seruling bambu, inilah bara semangat cinta yang dikandung anggur.
Seruling ialah sahabat mereka yang terpisah dari sahabat karibnya : lagunya menyayat kalbu.
Siapa pernah melihat racun dan obat penawarnya sekaligus seperti seruling ? Siapa pernah menyaksikan orang berkabung dan pencinta menuturkan rindu dendamnya seperti seruling ?
Seruling menyanyikan kisah jalan tergenang darah dan menyingkap lagi rindu dendam majenun.
Hanya untuk mereka yang tidak mengerti pemahaman dan kepahaman disampaikan : Lidah tak mempunyai pelanggan selain telinga.
Dalam pilu hari-hari hayat kami berlalu tak kenal waktu : Hari-hari kami berjalan bersama kepiluan membara.
Kalau hari-hari kami mesti pergi, biarlah ia pergi ! Kami tidak perduli. Kekallah kau, sebab tiada sekudus Kau.
Mereka yang tidak puas pada air-Nya bukanlah ikan : mereka yang tidak punya roti untuk makanan sehari-hari akan merasa betapa lamanya detik-detik waktu berjalan.
Tidak ada barang mentah yang mengerti makna kemasakan. Karena itu, kini akan kuringkas kata-kataku ! Selamat Tinggal !