Selamat Datang di Perjamuan Metaekstase

Sunday, November 12, 2006

Kalimat Pembabtisan Rumi

Dengar lagu seruling bambu menyampaikan kisah pilu perpisahan.
Tuturnya, “Sejak aku berpisah dengan asal usulku, pokok bambu yang rimbun, ratapku membuat lelaki dan wanita mengaduh.”
Kuingin sebuah dada koyak sebab terpisah jauh dari orang yang dicintai. Dengan demikian, dapat kupaparkan kepiluan berahi cinta.
Setiap orang yang hidup jauh dari kampung halamannya akan merindukan saat-saat tatkala dia masih berkumpul dengan sanak keluarganya.
Nada-nada senduku senantiasa kunyanyikan dalam setiap majelis pertemuan, aku duduk bersama mereka yang riang dan sedih.
Rahasia laguku tidak jauh dari asal usul ratapku. Namun apakah ada telinga yang mendengar dan mata yang melihat ?
Tubuh tak terdinding dari roh, pun roh tak terdinding dari tubuh. Namun, tak seorangpun diperbolehkan melihat roh.
Bunyi seruling yang riuh ialah kobaran api, bukan desir angina yang berembus : mereka yang mempunyai api akan sia-sia hidupnya.
Inilah api cinta yang tersembunyi dalam seruling bambu, inilah bara semangat cinta yang dikandung anggur.
Seruling ialah sahabat mereka yang terpisah dari sahabat karibnya : lagunya menyayat kalbu.
Siapa pernah melihat racun dan obat penawarnya sekaligus seperti seruling ? Siapa pernah menyaksikan orang berkabung dan pencinta menuturkan rindu dendamnya seperti seruling ?
Seruling menyanyikan kisah jalan tergenang darah dan menyingkap lagi rindu dendam majenun.
Hanya untuk mereka yang tidak mengerti pemahaman dan kepahaman disampaikan : Lidah tak mempunyai pelanggan selain telinga.
Dalam pilu hari-hari hayat kami berlalu tak kenal waktu : Hari-hari kami berjalan bersama kepiluan membara.
Kalau hari-hari kami mesti pergi, biarlah ia pergi ! Kami tidak perduli. Kekallah kau, sebab tiada sekudus Kau.
Mereka yang tidak puas pada air-Nya bukanlah ikan : mereka yang tidak punya roti untuk makanan sehari-hari akan merasa betapa lamanya detik-detik waktu berjalan.
Tidak ada barang mentah yang mengerti makna kemasakan. Karena itu, kini akan kuringkas kata-kataku ! Selamat Tinggal !

1 Comments:

  • At 3:43 PM , Blogger muhammad kasman said...

    sepertinya tulisan ini murni dari rumi ya...

    aku tidak tahu kalau bagian bawah,
    tapi pada awal-awal tulisan semuanya dari Rumi langsung

    sepertinya akan lebih elegan kalau
    nama rumi dicantumkan
    sebab kalau tidak ini bisa saja dituduh plagiat ustad...

    afwan
    salam TWIN's.

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home